Minggu, 06 Maret 2022

Tujuh Teknik Bicara Pada Anak



Saat berbicara pada anak, orang tua perlu menguasai tujuh kunci. Kunci-kunci itu tentang teknik seni berbicara.
Saya mengambil topik ini, karena ternyata 99% yang ditanyakan ke saya via wapri berkaitan dengan komunikasi ke anak. Atau ujung pangkalnya nanti ke arah sini.
Susah payah dijelasin. Anak tetap keukeuh pada pendirian.
Ditanyain, jawabannya pendek-pendek.
Kalau nggak dipancing, ngomoooong terus. Kalau dipancing malah susaaaah ngomong.
Kasus 1
Sepulang sekolah
👩"Tadi di sekolah ngapain?"
👯 "Main aja sama temen."
👩 "Tadi jajan apa?"
👯"Cuma dikelas. Main."
Udah gitu aja. Anaknya masuk kamar.

Sabtu, 05 Maret 2022

Beban Hidup Seorang Ibu

Pagi ini hati saya terbetik untuk membahas tentang sosok ibu.
Jaga happy dalam diri ibu karena suasana hati ibu memengaruhi suasana happy anggota keluarga.
Tergelitik dengan ungkapan bu Septi Peni tentang semua ibu adalah bekerja. Ada ibu rumah tangga yang bekerja di ranah domestik dan ibu rumah tangga yang bekerja di ranah publik.
Semuanya saling mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menangani tugas-tugasnya. Baik yang di rumah atau di kantor.
Namun, sayangnya profesi IRT domestik maupun publik jadi bahan pro dan kontra. Sedih ya mak. 😭😭😭 Padahal semuanya butuh effort yang gak sesikit juga. Pasti ada pengorbanan yang dikeluarkan.
Katanya kalau IRT domestik keenakan cuman di rumah. Kerjaan nggak berat endebre endebre ya bun.
Tapi anggapan itu jangan dianggap penting bun.
Katanya kalau ibu bekerja publik apa kagak kesian sama anaknya. Apa nanti gak takut anaknya sayang sama pengasuhnya?
Bunda, jika itu terjadi pada kita, biarkan. Biarkan semacam angin lalu aja.
Yang menjalani hidup kita. Kitalah yang bisa menyupiri hendak dibawa kemana bahagia kita. Dengan berbahagia lewat cara kita atau berbahagia lewat omongan orang.
Kata kata yang tak terkendali, mudahnya berkomentar terhadap hidup orang. Bukanlah hal yang baik.
Jadi mari bijak dalam berkata lisan maupun tulisan.
Kita nggak pernah tahu ada kisah apa dibalik mengapa ia bekerja hanya di domestik saja. Atau mengapa ia memilih di ranah publik.
Kita nggak pernah benar-benar tau.
Jadi,
STOP menyakiti hati perempuan lain!
Kita sama sama perempuan bunda. Jika hati kita ibarat kaca. Sensitif dan penuh perasaan, mari saling menjaga sepenuh cinta.
Love,
This entry was posted in

Jumat, 04 Maret 2022

Anakku Nakal Sekali


"Duh seneng ya punya anak kalem gitu. Anak saya kok ya... abang bayiiik buandel banget."
"Eleh, ibu belum tahu aja anak saya itu istimewa, dalam tanda kutip. Lha emaknya lagi asyik jemur baju. Eh di ujung sana anakku ambilin baju. Dia kucek baju itu sama tanah. Katanya dikasih detergen."
"Satu emak satu bapak, anak tiga aja sifatnya beda-beda. Anak pertama mandiri, anak kedua pemberontak, anak ketiga pemales."
Sifat anak yang tidak sesuai harapan orang tua. Tidak sesuai dengan citra 'anak baik'. Tidak membuat hati orang tua bahagia.
Alasan alasan itulah yang acap kali membuat orang tua dengan mudahnya melabeli anak dengan label negatif. Seperti sebutan ANAK NAKAL.
Ayah bunda masih ingatkan, doa orang tua itu mustajab?
Jadi jangan heran jika kemudian anak benar benar menjadi seperti ucapan orang tua.
Apakah anak terlahir dengan membawa label negatif? NAKAL misalnya, seperti judul yang saya ambil kali ini.
Apakah ada anak yang ketika lahir dia sudah bercita cita ingin menyusahkan orang tuanya?
Apakah anak tumbuh tanpa punya cinta untuk mencintai orang tuanya?
Baik, kita lihat satu per satu faktanya.
Faktanya, anak nakal adalah anak yang keinginannya belum bisa tersalurkan. Dan ia tidak atau bahkan belum tau caranya.
'Kenakalan' anak adalah jeritan ketidakberdayaan jiwanya.
Jika demikian tidakkah ayah bunda mengasihinya dengan kelembutan?
Faktanya, anak anak terlahir bersih suci. Tidak ada yang membawa fitrah buruk. Allah memurnikan jiwa semua bayi yang terlahir.
Fitrah itu seperti adonan kue. Adonan tiap kue akan menggunakan jenis tepung yang berbeda. Karena setiap jenis tepung mempunyai "fungsi" tertentu. Jika kita bisa memahami, pasti lebih maksimal menggunakannya sebagai bahan dasar makanan tertentu.
Tinggal kita olah saja sesuai tipe tepungnya. Tepung terigu atau wheat flour misalnya. Ada tiga jenis tepung terigu:
Soft Wheat (Terigu Protein Rendah). Sifat tepung ini memiliki daya serap air rendah, sehingga akan menghasilkan adonan yang sukar diuleni, tidak elastis, lengket, dan daya pengembangannya rendah.
Biasanya dipakai untuk membuat kue kering, biscuit, pastel dan kue-kue yang tidak memerlukan proses fermentasi.
Medium Wheat (Terigu Protein Sedang).
Biasa disebut all-purpose flour atau tepung serba guna. Dibuat dari campuran tepung terigu hard wheat dan soft wheat sehingga memiliki karakteristik diantara kedua jenis tepung tersebut.
Tepung ini cocok untuk membuat adonan fermentasi dengan tingkat pengembangan sedang, seperti donat, bakpau, bapel, panada atau aneka cake dan muffin.
Hard Wheat (Terigu Protein Tinggi).
Karena tingginya nilai protein yang dikandung menjadikannya mudah dicampur, difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis, serta mudah digiling.
Tepung jenis ini cocok untuk bahan baku roti, mie, juga pasta karena sifatnya yang elastis.
Kita sebagai koki tak mungkin bisa memaksakan tepung dengan karakteristiknya masing masing itu untuk membuat jenis makanan yang bukan bidangnya.
Jika kita paksa, pasti rasanya hamberaguel.
Lalu
Kenapa kita tak boleh menunjuk anak dan mengatakan, "Kamu anak nakal". Atau melabeli kata nakal dibelakang namanya.
Bukan karena kita tak bisa.
Tapi lihatlah ketika kita menunjuk seseorang. Satu jari menunjuk ke orang. Empat jari menunjuk ke dalam. Diri kita.
Itu pesan Allah. Agar kita selalu intropeksi diri.
Salam cinta keluarga

Kamis, 03 Maret 2022

Mengapa Kita Punya Anak?

Sebelum menikah, saya melihat banyak sekali realita, bahwa memiliki anak yang lahir dari rahim sendiri betul-betul hak prerogatif Allah.
Tak ada secuilpun kuasa kita bisa mendapatkannya kalau Allah tak ridhoi.
Sebelum menikah, saya melihat ada pasutri yang hamil dan punya anak dalam kurun waktu dekat. Tak jarang juga pasutri lain perlu waktu panjang untuk menerima amanah itu. Tiga atau lima tahun, bahkan ada yang hitungan di atas 10 tahun. Dengan segala upayanya.
Dan saya pun sudah mempersiapkan mental. Jika ternyata memang Allah belum atau tidak menitipkan anak dalam rahim. Berbesar hati. InsyaAllah itulah ketetapan Allah yang paling baik untuk diri saya.
MasyaAllah, segalanya betul-betul kuasa Allah sajalah. Atas izinNya, Allah memperkenankan diri mengandung. Sebuah anugerah luar biasa. Bukankah kita pun meyakini kalau anak adalah anugerah dari Allah? Yang sepantasnya memang patut kita jaga.
Duhai ayah bunda, mari kita bercermin pada diri.
Ananda kita itu apakah sudah menjadi anugerah atau cobaan?
Untuk menjawabnya ayah bunda bisa bayangkan segala hal yang berkaitan dengan keseharian anak dan bagaimana kita menanggapinya. Menyikapinya.
Tanyakan baik-baik. Biarkan hati dan pikiran kita berdialog.
Apakah jawabannya ayah bunda?
Sudahkah ia jadi anak yang sholih sehingga menjadi penyejuk mata orang tuanya?
Ataukah,
Ia menjadi anak yang tiap kali orang tua melihat, terasa benar hati orang tua menjadi gondok. Membuat orang tua habis sabar dan berteriak-teriak?
Lalu di antara kedua pilihan itu siapa yang berperan?
Betul. Utamanya adalah kedua orangtuanya.
Sebab anak terlahir fitrah. Suci. Dan oleh orang tuanyalah yang bisa membentuk.
Ayah bunda, kunci anak sholih ada didiri kita. Kitalah fondasi mereka. Kitalah yang harus mewarnainya. Jangan sampai lengah. Jikalau benar kita menginginkan anak yang sholih, sholihkan diri terlebih dulu. Memantaskan diri.
Tak lupa gencarkan ditiap tengadah akhir sholat, doa inilah yang kita vibrasikan. Doa yang sama seperti doa nabi ibrahim, "Rabbi hablii minash shaalihiin." (Ya Allah anugerahkan padaku seorang anak yang termasuk ke dalam orang-orang sholih.)

Rabu, 02 Maret 2022

Mengikuti Fitrah Anak

Qadarullah memiliki anak yang aktif. Menyukai bersih-bersih tepatnya. Kata mamah mertua ini kayak ayahnya waktu kecil.
Apa aja dipegang, mulai dari kemoceng sampai sapu. Ia kibas-kibas untuk membersihkan apapun 😅
Tidak apa sayang. Bereksperimenlah, ini salah satu program install kemandirian dalam dirimu.
Bunda tinggal mindahin toples kaca agar kau tak luka. Dan tanpa sadar kita sudah melakukan #homeschoolingrabbani #homeeducationislami 😍
Alhamdulillah, mamer mengasuh anaknya dengan baik. Beliau tak melarang, ikut mengontrolnya saja. Hal sama yang saya terapkan juga.
Ayahnya pun sampai sekarang lebih rajin bersih-bersih. Malahan lebih bersih dari istrinya. Lebih perfeksionis. Bahkan, istrinya sering merasa amaze dengan hasil kerja rumahannya. MasyaAllah.
Awal menikah jadi awal belajar saya. Menyesuaikan standar rapi dan bersih ala suami. Belajar terus dan diajarin tentunya.
Saya selalu happy kalau dipercaya bisa berubah, bisa belajar, ada gurunya. Saya menulis seperti ini pun dikuatkan teh Indari Mastuti. Haturnuhun kelas storysellinnya teh. Ada yang mau ikut? Khusus perempuan ya.
Ini ada grup preview StorySelling batch 4
Akhirnya jika diberikan kesempatan gitu. Dikasih waktu proses belajar tanpa kritikan. InsyaAllah dengan lapang dada langsung melakukannya.
"Cara nyetrika itu kayak gini lho. Ini dipepetin dulu. Terus dipegang. Sesuaikan garisnya, baru disetrika rapi." Kata suami sambil memegang celana panjanng hitamnya.
Istrinya cuman manggut-manggut
"Kok ayah bisa ahli gitu nyetrikanya? Diajarin mamah ya?"
Dianya ketawa, "Belajar sendirilah."
Nah tuuhkan bener, anak terlahir dengan membawa fitrah.
Dulu saya pernah dicurhati seseorang. Putrinya sudah menjadi seorang remaja. Ia tak pernah sekalipun masuk dapur. Kalau disuruh ke dapur, putrinya ngerasa nggak nyaman.
Sampai kemudian bundanya tahu alasan dibalik putrinya seperti itu. "Dulu ibuk ngelarang aku ke dapur. Katanya takut aku kena pisaulah. Takut aku kena air panas. Sekarang malah disuruh terus ke dapur. Aku nggak suka bu."
Nah bun. Jadi tahu ya kenapa dia nggak suka berada di dapur.
Itu aja anak perempuan. Gimana dengan anak laki-laki? Pegang sayuran aja langsung dilarang, dimarahi. Masuk ke dapur aja langsung dapat teriakan.
Jangan heran kalau nantinya anak laki-laki tidak bisa membantu ibu. Tidak bisa membantu istri. Karena nggak pernah diajarkan.
Kalau orang tua bisa mengikuti fitrah, tidak merusaknya. Maka fitrah itu akan tumbuh dengan baik.
Sama seperti tumbuhan, jika tumbuhan itu dirawat dengan sayang seperti dipupuk, dikasih air, ada hama disemprot. Selalu diperhatikan, tak pernah dicuekin. Tentu tumbuh dengan baik pula.
Jika seorang anak balita tak mudah dilarang melakukan sesuatu. Membiarkannya mengikuti rasa ingin tahu, asal tak membahayakan. Biarkan. Untuk orang tua dampingi saja.
Saya ingin anak memiliki kemandirian sendiri. Jadi inget lagu di #halobalita. "Halo halo, halo balita. Aku bisa aku bisaaa. Aku bisa makan sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri. Horee. Aku berani tidur sendiri, bisa merapikan mainan sendiri. Oh aku suka buku. Alhamdulillah. Aku selalu hati-hati. Aku berani ke dokter. Aku senang keliling kota."
Love you nak, sampai ke jannah 😊
#parentingwithheart

Selasa, 01 Maret 2022

Bijak Menolak Keinginan Anak



"Buund aku mauu itu." Seorang anak lelaki usia 8 tahun menunjuk mobil-mobilan.

Pernah melihat adegan seperti ini bund? Atau bunda juga pernah mengalaminya? Apa yang bunda lakukan? Langsung menolak, memakai ceramah, atau mendengarkannya?

Saya berprinsip bahwa setiap orang selalu ingin pendapatnya didengar. Apapun situasi dan kondisi. Mulai dari usia 0 bahkan sampai ia lanjut usia.

Tak ada orang satu pun yang suka apa yang diinginkan ditolak. Namun, ada cara agar rasa kecewa itu tak terlalu besar.

Ini juga mengajarkan pada anak utamanya. Apa yang ia inginkan nanti di masa depan tidak semuanya bisa terwujud. Tidak semua yang ia inginkan bisa ia raih.

Bahwa kadang ia harus merasakan rasa kecewa agar ia kuat sehingga tidak bersikap defensif. Apalagi melakukan segala cara agar dikabulkan, seperti merengek.

Mungkin orang tuanya saat ini bisa mengabulkan. Namun, di masa depan belum tentu.

Senin, 28 Februari 2022

Cinta yang Santun

                                             

Diamanahi untuk memegang rubrik parenting dan samara di Majalah Cahaya Hati adalah tantangan luar biasa.
Awal mendapat amanah ini, apalagi untuk seseorang yang belum menikah dulu, seperti mendapat sebuah batu.
Jika saya tak bisa mengukir batu itu, maka batu itu hanya akan jadi batu biasa. Namun, jika saya bisa mengukirnya, batu itu bisa jadi apapun yang saya inginkan. Ada yang jadi hiasan dinding, hiasan meja tamu, hiasan teras, dan lain lain.
Nilainya sudah berubah. Batu biasa akan dinilai sebagai batu. Dikilokan. Batu yang sudah diubah dinilai sesuai hasil prosesnya. Dihargai per item.
This entry was posted in